Legenda Gagak Hitam
“Blarrr”, petir tiba-tiba menyambar
didepan rumah Ayga. Disusul dengan hujan yang sangat deras terlihat genangan
darah mengalir bersama dengan air hujan menuju selokan sebuah pemukiman yang
kini terlihat porak – poranda. Ayga yang baru pulang dari hutan hanya berdiri
terpaku dengan bulir – bulir tetesan air matanya yang dibarengi dengan tetesan
air hujan dipipinya. Dengan gemetaran dia melihat tumpukan mayat
teman,saudara,dan tetangga di pemukimannya. Sambil mengumpulkan kebaranian dia
mulai mendekat ke tumpukan mayat. Kaki Ayga yang sedari tadi menopang tubuhnya
tiba – tiba langsung lemas seperti tak bertulang. Tepat dihadapan mayat ibu dan
ayahnya dia terduduk , air mata yang tadi dia coba tahan sudah tak kuat lagi
membendung kepedihan yang dideritanya. Deras air hujan kala itu kalah dengan
derasnya air mata Ayga, rasa sedih dan marah ia coba tahan sekuat
mungkin.Dengan lirih Ayga berkata pada dirinya sendiri “ Aku berjanji akan
menjadi seorang yang kuat….”. Ayga mencoba untuk berdiri sambil melihat
disekitar tumupukan mayat. “ Ayo cepat segera ledakkan tempat kumuh ini”
terdengar suara pria dari kejauhan,mengejutkan Ayga yang masih sedih melihat
orang – orang yang disayanginya terbunuh dengan sadis. Dengan tergesa-gesa Ayga
lari menuju rumah tetua pemukimannya, dia masih ingat pesan tetuanya”Kalian
semua adalah pewaris dari tanah ini, kotak yang ku pegang ini berisi sesuatu
yang berguna bagi kalian kelak. Kalian boleh membuka kotak ini dengan seizinku,
karna kalian adalah pemuda – pemuda yang hebat , termasuk kau Ayga”. Dia
mencari – cari dimana tetua menyimpan kotak itu, dengan rasa sedih,marah,
bercampur dalam hatinya. Langkah kaki Ayga terhenti ketika ia melihat sebuah
pintu kamar.